Telah
kita ketahui bahwa, pada dasarnya pendidikan tidak bisa lepas dari perpustakaan
dimana perpustakaan sebagai jantung pendidikan dan tempat belajar sepanjang
hayat (long life education). Dari
banyak negara maju, perpustakaan sangat ambil peran dalam meningkatkan
kecerdasan masyarakatnya dengan minat baca rata-rata mereka yang tinggi. Negara
maju sangat menaruh perhatian akan pentingnya perpustakaan sehingga pemerintah
pun sedemikian efektif dalam mengatur jam belajar siswa di sekolah dan memberikan
anggaran dana yang tak sedikit jumlahnya untuk perpustakaan. Tentu hal ini akan
berdampak baik bagi perpustakaan maupun pustakawan itu sendiri.
Di
Indonesia yang masih dalam kategori negara berkembang, perpustakaan belum
semaju di negara-negara maju dimana masih banyak perpustakaan yang harus
dibenahi agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia Perpustakaan (SNIP) dan Standar Nasional Perpustakaan yang
menjadi pedoman perpustakaan di Indonesia. Berangkat dari lal ini, para
penggiat di bidang perpustakaan dituntut untuk lebih gencar lagi dalam
mengenalkan perpustakaan kepada masyarakat.
Salah
satu penggiat di bidang perpustakaan adalah organisasi ALUS Asosiasi Mahasiswa
Ilmu Perpustakaan DIY dimana pada 28 November 2015 serentak mengadakan kegiatan
ALUS Goes to School. Kegiatan ALUS Goes to School (AGTS) ini sendiri merupakan
kegiatan rutin tahunan ALUS Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan. Pada tahun
2015 ini mengambil tema ALUS Goes to School Java Tour 2015 dimana sasarannya
adalah beberapa perpustakaan sekolah dari tingkat SD, SMP (MTs), SMA (MA) yang
berada di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DIY yakni MAN Buntet
Pesantren Cirebon, MTs Kepanjenkidul Blitar, SDIT Salsabilah Baiturrahman
Klaten, SMP N 2 Banguntapan Bantul, SDN Brosot Kulon Progo, SMP N 4 Pakem
Sleman, SD Muhammadiyah Bogor Gunung Kidul, SMK N 2 Cirebon, dan SD Muhamadiyah
Sleman. ALUS Goes to School Java Tour 2015 ini diisi dengan berbagai kegiatan yang ditujukan kepada siswa maupun
perpustakaan (pustakawan) yakni pendidikan pemakai (user education), mendongeng (story
telling), game perpustakaan, pengenalan dan pelatihan aplikasi software perpustakaan kepada pustakawan
serta konsultasi tentang perpustakaan oleh pustakawan.
Dari
kegiatan ALUS Goes to School Java Tour 2015 ini dapat diketahui salah satu
faktor yang menghalangi majunya minat baca masyarakat di Indonesia. Berdasarkan
diskusi dan pemaparan dari salah satu pihak sekolah menjelaskan beberapa faktor
yang menghambat tumbuhnya minat baca di sekolah. Pertama, ‘waktu’ menjadi
sangat penting agar minat baca itu bisa tumbuh dengan baik. Sebagai salah satu
pihak sekolah yang diajak berdiskusi, beliau mengemukakan bahwa waktu yang
terlalu banyak diisi dengan belajar di kelas dan waktu istirahat yang sedikit menyebabkan
siswa tidak sempat untuk membaca. Seperti sekolah beliau sendiri, saat jam
istirahat banyak siswa yang lebih memilih pergi ke kantin serta ke masjid. Hal
ini karena, dengan jam belajar yang panjang menyebabkan siswa mudah lapar. Dari
hal ini saja, tentu dapat diketahui bahwa pada dasarnya pemerintah memiliki
peran besar dalam meningkatkan minat baca masyarakat utamanya dilingkungan
sekolah dengan mengatur jam belajar agar lebih efektif. Kedua, para guru tidak
bisa selalu mengadakan pembelajaran dengan mengkorelasikan antara belajar di
kelas dengan perpustakaan karena tidak semua pelajaran bisa dilakukan
pembelajarannya di perpustakaan seperti matematika. Selain itu siswa juga belum siap jika
menggunakan sistem belajar berbasis perpustakaan. Ketiga, anggaran dana yang
disediakan oleh pemerintah khususnya untuk perpustakaan masih minim. Dengan
anggaran yang hanya 5% ini pihak sekolah tidak mudah untuk mendapatkannya.
Seperti dari pihak sekolah yang diajak berdiskusi, mereka sudah sering
mengajukan proposal kepada pemerintah untuk perbaikan perpustakaan namun dana
itu sendiri tidak turun juga. Melihat realita di lapangan seperti ini, pihak
sekolah memutuskan untuk tidak berharap lagi dari dana pemeritah. Pihak sekolah
memilih membangun perpustakaan secara mandiri dan tanpa merepotkan pihak siswa
terkait anggaran dana perpustakaan.
Dari
berbagai faktor penghambat tumbuh kembangnya minat baca di Indonesia yang
diketahui dari adanya kegiatan ALUS Goes to School Java Tour 2015, hal ini bisa
menjadi evaluasi untuk semua stage holder
agar bersinergi dalam menumbuhkan minat baca di Indonesia.
AGTS Java Tour Blitar |
Posting Komentar
0Komentar