Pada
hari minggu, 15 November 2015 ALUS Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan turut
berpartisipasi dalam peresmian TBM Kerai (Taman Baca Masyarakat) yang terletak
di dusun Kwadungan, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.
Peresmian
TBM Kerai ini dihadiri oleh pejabat pemerintah terkait, lembaga pendidikan,
tokmas, komunitas literasi, mahasiswa arsitektur UTY, 150 TBM, komunitas reptil
Jogja, anak-anak TK, SD Ngemplak 3 Jogja, anak-anak dusun Kwadungan, dan
komunitas-komunitas yang bergerak dibidang literasi lainnya.
Peresmian
TBM Kerai ini diisi dengan berbagai kegiatan yakni: Prosesi peresmian dengan
pembukaan papan nama TBM, lomba sketsa yang diikuti mahasiswa arsitektur UTY
dengan objek Rencana Pembangunan TBM dan Lingkungan Penduduknya, lomba mewarnai
untuk peserta anak TK dilingkungan sekitar TBM, gelar reptil untuk mengenalkan
jenis-jenis reptil pada anak-anak, pentas/panggung seni, dan kirab gunungan
buku yang diikuti oleh drumband/kelompok acustic, bergodo, gunungan buku,
kelompok dolanan bocah, forum TBM Sleman, GPMB/GWK DIY, Motor Pustaka Keliling,
Perpusda Widodomartani, Mobil Perpustakaan Keliling, Gerobak Sapi, ALUS
Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan, dan komunitas literasi lainnya. Namun yang
menjadi ikon dalam peresmian ini adalah Kirab Gunungan Buku. Filosofi dari
Kirab Gunungan Buku adalah untuk nguri-nguri budaya Jawi.
Tema
yang diangkat dalam peresmian TBM Kerai ini adalah Gerakan Membaca untuk
Masyarakat yang lebih baik, dimana ini adalah salah satu upaya yang dilakukan
untuk menggalakkan gerakan membaca. Gerakan membaca ini bertujuan agar masyarakat kampung pada
khususnya dengan mudah bisa akses informasi karena tidak sedikit masyarakat
kampung yang kesulitan dalam mengakses buku yang juga merupakan sumber
informasi dan pengetahuan. Jika masyarakat sudah mudah dalam akses informasi
maka masyarakat akan semakin cinta dan gemar membaca.
Hal
diatas tampak jelas bahwa penanaman minat baca itu dimulai sejak dini dan
dimulai dari lingkup yang paling kecil yakni keluarga. Hal ini juga dilakukan pak
Nanang Sujatmiko selaku pendiri TBM Kerai. Beliau sekeluarga memiliki minat
baca yang tinggi sehingga banyak koleksi buku di rumah. Atas dasar ini pula pak
Nanang Sujatmiko mendirikan TBM Kerai agar masyarakat sekitar rumah juga gemar
membaca dan bisa memnafaatkan TBM Kerai sebaik mungkin.
Asal
mula nama TBM Kerai sendiri itu adalah dari kata “Kerai” yang berarti penutup.
Namun selain atas dasar pengertian itu,
penamaan “Kerai” itu diambil dari nama anak pak Nanang Sujatmiko yakni Kevin
dan Raihan. Sedangkan bentuk bangunan TBM Kerai yang menyerupai buku terbuka
itu memiliki filosofi agar masyarakat selalu membaca buku. Pak Nanang Sujatmiko
tidak sendiri dalam mendirikan TBM Kerai. Beliau merangkul warga Kwadungan untuk
membangun TBM Kerai bersama dan pada akhirnya akan bermanfaat untuk semua
masyarakat.
Peresmian
TBM Kirab yang melibatkan banyak pihak ini mendapatkan respon baik oleh salah
satu pihak media masa nasional pun juga sebagai praktisi penyiaran, yakni pak
Sudaryono. Beliau mengungkapkan bahwa indikator dari negara maju adalah tradisi
baca yang tinggi dan ini dimulai dari kampung. Hal ini senada dengan gerakan
membaca dengan mendirikan TBM Kerai dimana harus ada tindak lanjut bahwa TBM
bukan hanya untuk perpustakaan tetapi juga merupakan tempat untuk
berkreatifitas dan merupakan suatu action
yang perlu diapresiasi. Pak Sudaryono berharap Indonesia semakin maju melalui budaya
membaca bukan budaya menonton. Sebagai praktisi penyiaran beliau melihat yang
terjadi di Indonesia adalah sebaliknya yakni masyarakat yang masih kental
dengan budaya menonton.
Posting Komentar
0Komentar