Memasuki
era digital, informasi dan teknologi semakin berkembang pesat. Kemajuan
informasi yang ditandai dengan ledakan informasi (information explosion) dan teknologi ini sudah seperti dua hal yang
tidak bisa dipisahkan lagi serta kedua hal ini juga sangat berpengaruh pada
masyarakat. Masyarakat di era digital yang sudah cenderung menjadi information society (masyarakat
informasi) ingin mendapatkan akses informasi secara cepat dan tepat; instant. Maka atas dasar ini pengelola
informasi dituntut untuk lebih kreatif dan bisa mengikuti perkembangan
informasi dan teknologi agar kebutuhan masyarakat akan informasi terpenuhi
dengan cepat dan tepat pula.
Solo, 19-21 November 2015, ALUS Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan menghadiri
undangan dalam rangka Pekan Inovasi dan Teknologi LIPI 2015 di Mall Paragon,
Surakarta yang diselenggarakan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI).
Acara
ini merupakan kegiatan tahunan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI). Tahun pertama diadakan di Surabaya (2014)
dan pada tahun kedua dilaksanakan di Solo (2015). Kedepannya, pada tahun ketiga
(2016) mendatang Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) sudah memiliki rencana untuk melaksanakan
kegiatan ini diluar Jawa yakni Balikpapan atau Makassar.
Wahid
Nashihuddin selaku Demisioner ALUS Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan
merupakan pihak LIPI menjelaskan bahwa Pekan Inovasi dan Teknologi LIPI ini
bertujuan untuk mendekatkan LIPI kepada masyarakat. Acara yang diadakan di Mall
ini agar LIPI tidak dianggap sebagai lembaga yang terlalu birokrat yakni jauh
dari masyarakat sehingga jika diadakan di Mall
masyarakat menjadi lebih kenal LIPI dan masyarakat tidak segan-segan
untuk berkunjung ke stand-stand pameran. Sebaliknya, jika diadakan di Akademisi
seperti di Badan Perpustakaan Daerah atau lainnya masyarakat umum tidak akan
mengetahui produk-produk hasil penelitian LIPI padahal produk-produk hasil
penelitian LIPI bertujuan untuk kehidupan masyarakat lebih baik bukan untuk
kalangan tertentu. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu
Pengetahuan Ilmiah (PDII LIPI) peran sertanya dalam pameran adalah untuk
mempromosikan produk-produk dan jasa layanan informasi ilmiah seperti kemasan
informasi, layanan ISSN, kegiatan pelatihan-pelatihan dan lain sebagainya
(19/11).
Dalam
rangka Pekan Inovasi dan Teknologi LIPI 2015 (19/11), PDII-LIPI melakukan Sosialisasi
ISSN (International Standart Serial
Number) Online dan Literasi Akses Informasi yang dilaksanakan di
Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. Peserta yang hadir pun tidak sedikit,
yakni dari berbagai kalangan dosen, peneliti, pustakawan, mahasiswa, ALUS
Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan lembaga akademik lainnya.
Pertama,
secara garis besar Sosialisasi ISSN Online perlu dilakukan agar pengelola
informasi khususnya pengelola jurnal bisa segera melek informasi bahwa semua
pengelolaan jurnal ilmiah pada 2016 mendatang akan dilakukan secara elektronik.
Sri Hartinah selaku Kepala Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) menjelaskan bahwa melek terhadap informasi
itu bukan hanya pada buku-buku saja karena era sekarang adalah era digital
sehingga informasi pun harus bisa dikemas dengan sedemikian rupa. Beliau juga menjelaskan
bahwa pengelolaan jurnal ilmiah berbasis elektronik ini sesuai dengan Peraturan
Direktur Jenderal (Perdirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) nomor 1 tahun 2014
mengenai Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. Peraturan ini berlaku
untuk semua perguruan tinggi maupun lembaga penelitian.
Sosialisasi
ISSN Online ini bertujuan agar perguruan tinggi maupun lembaga penelitian mengetahui
bahwa LIPI memiliki server dan SDM
pengelola jurnal yang bisa digunakan atau dimanfaatkan. Jurnal yang dikelola
pun memiliki standar akreditasi dan reviewer
sehingga produk jurnal ilmiah yang dihasilkan bisa dipertanggungjawabkan serta
terjamin kevalidan konteksnya.
Terkait akreditasi juga tercakup dalam Pedoman Akreditasi LIPI Perka LIPI No.3
Tahun 2014 Tentang Akreditasi Pedoman Terbitan Berkala Ilmiah. Untuk pengajuan
Sistem Akreditasi Jurnal Ilmiah tersebut, harus memenuhi persyaratan pengajuan
akreditasi yang sudah ditetapkan oleh PDII-LIPI.
Sistem
ISSN dalam jurnal secara elektronik ini mendapat respon baik dari sivitas
akademika perguruan tinggi dan lembaga pelitian. Salah satunya adalah Rektor
Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta, yakni Prof. Ongko Cahyono,
beliau menargetkan bahwa Jurnal Ilmiah Online telah digunakan oleh sepuluh
program studi di UTP pada tahun 2016 mendatang. Melihat berbagai respon baik
tersebut bahkan menjangkau perguruan tinggi di berbagai daerah, ini merupakan
pertanda baik bahwa adanya sistem elektronik jurnal online secara berkala
sangat membantu para sivitas akademika khususnya dalam meningkatkan kualitas output dan mencegah plagiat. Hal ini
dijelaskan oleh Sri Hartinah.
Layanan
ISSN Online PDII-LIPI ini terdiri dari perkembangan ICT (informasi, komunikasi,
dan teknologi), pecepatan penyebaran informasi, sistem layanan publik secara
online, pusat nasional ISSN, dan penigkatan layanan publik.
Mengenai
pusat terbitan ISSN, pusatnya berada di Paris sedangkan di Indonesia dikelola
oleh pihak PDII-LIPI. Berdasarkan data
dari PDII-LIPI, akhir tahun 2014 PDII kehabisan stok ISSN. Hal ini menyebabkan
PDII menerbitkan ISSN dalam jumlah sedikit pada bulan januari.
Kedua,
Literasi Akses Informasi. Ini adalah pembahasan yang menarik, utamanya
dikalangan mahasiswa. Literasi bukan lagi melek informasi, Krisch dan Jungeblut
mengemukakan bahwa literasi berarti melek teknologi, politik, berikir kritis,
dan peka terhadap lingkungan sekitar. Mahmudin (Bidang Diseminasi Pusat Informasi
dan Informasi Ilmiah LIPI) menjelaskan bahwa mahasiswa merupakan penyumbang
terbesar kultur literasi di Indonesia. Seiring waktu, tradisi literasi
mahasiswa beralih pada tradisi lisan dan lebih senang mencari informasi melalui
elektronik dan pada akhirnya kebanyakan mahasiswa lebih senang jika informasi
yang mereka butuhkan itu dibacakan oleh orang lain. Selain tradisi literasi
yang semakin terpinggir, budaya nongkrong di cafe, mall, dan nonton film juga
sangat berpengaruh terhadap menurunkan tradisi literasi dikalangan mahasiswa.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu diciptakan generasi literat dengan
adanya upaya peningkatan literat yang dilakukan. Mahmudin menjelaskan bahwa ada
beberapa hal yang bisa dilakukan yakni: peningkatan sarana dan fasilitas
informasi, sosialisasi mengenai literasi informasi pelatihan khusus literasi
informasi (penelusuran dan akses informasi), penambahan dana untuk keperluan
informasi, pelatihan teknologi informasi (komputer dan internet), tingkatkan
minat terhadap pentingnya informasi, dan tingkatkan kerjasama yang baik antara
pustakawan dan peneliti.
Posting Komentar
0Komentar