Karya Syaikh
Nizami Ganjavi.
Kisah cinta
sejati sepasang insan, tampan rupawan dan si cantik yang lentik, namun benang
cinta yang sudah mereka untaikan, dipotong paksa oleh gengsi yang orang tua.
Meski wujudnya sudah terputus, tetapi bayangan yang untaian tetap terikat
dengan sangat kuat.
Tatapan
pertama kali antara Qais dan laila menjadi awal tumbuhnya, akar kuat pohon
asmara. Dan dengan cepat tumbuh menjadi 2 pohon yang bersama-sama mencapai awan
kesejatian. Dan kabarnya tersebar pada burung-burung yang berlalu lalang,
melihat kedekatan mereka, sampai sang pemilik mengetahuinya. Dan secara paksa
ditebang, karena menjaga nama baik sang pemilik, namun akar cinta Qais dan
Laila tetap terpaut dengan kuat. Meski tak dapat bertemu di atas awan
kesejatian asmara mereka, cintanya tetap terjaga. Dari sanalah, sang Qais si
lelaki tampan cerdas dan terpandang berubah menjadi si Majnun yang tergila-gila
atas cintanya kepada Laila, putri ketua kabilah. Begitupun sang putri yang
cantik, menggila atas cinta kepada yang pangeran yang terkurung, hidupnya hanya
diwarnai isak tangis kerinduan pada sang majnun.
Majnun
menyusuri luasnya gurun pasir, terus menyebut nama sang Pujaan hati yang ttelah
menghilang dari keplopak mata, terus berjalan tanpa tau arah dan tujuan. Hanya
laila yang memenuhi sanubarinya. Suatu hari, keluarga Laila mengadakan sebuah
pesta, semua warga desa diundang, namun Majnun, yang tidak diundang, menyusup
masuk ke pesta itu. Ketika sampai di tempat pesta, Majnun melihat orang-orang
desa mengatri untuk mengambil makanan, Qais pun ikuta dalam antrian, dan
ternyata yang membagi makanan adalah Laila, mutiara yang telah lama hilang dari
pandangan. Sampailah bagian Qais, iya berhadapan dengan sang Laila, namun
bukannya memberi makanan pada Qais, Laila malah menjatuhkan dan memcahkan
piring milik Qais. Sehingga semua orang
yang melihatnyaikut senang, terutama orang tua Laila, karena mereka menganggap
apa yang dilakukan Laila itu menjadi bukti bahwa Laila sudah tidak mencintai
Qais. Namun ada seseorang yang melihat
Qais bahagia diperlakukan seperti itu oleh Laila. Ia pun bertanya “ Qais
mengapa kamu tersenyum dan bahagia, setelah kamu dipermalukan oleh Laila di
depan semua warga ?”, Qais malah bertanya lagi“Sejak kapan aku dipermalukan
olehnya ?”. “Ketika piringmiu Laila pecahkan”. Jawab Laki-laki itu. “Sebernya
Laila ingin aku mengantri kembali, dan kita bisa berpandang-pandangan dalam
waktu yang lebih lama” Tangap Qais.
Dari
sepenggal kisah tersebut, jika dilihat dari sisi seluas-luasnya, novel ini
bukan mengenai kisah cinta seorang laki-laki dan perempuan saja, tetapi
mengandung nilai-niali cinta ilahiyat, jadi adanya tuntunan dalam mengatur
hubungan manusi dengan Sang maha Kuasa. Yakni, jika dibuat sebuah kata kata
akan menjadi seperti ini, dari pihak Qais “Laila pecahkanlah piringku, agar
agar bisa melihatmu untuk kedua kalinya” pihak Laila.” Qais aku akan memecahkan
piringmu karena aku bahagia kamu datang kepadaku. Manusia “Tuhan jangan dulu
kabulkan permintaanku, aku senang sering berkomunikasi denganmu”. Tuhan “ Wahai
hambaku, permintaanmu akan ku tangguhkan karena aku sangat senang kamu terus
meminta, dan Aku sangat senang sering bertemu denganmu, akan Aku persiapkan
yang paling terbaik dari apa yang kau pinta.
Oleh:
Posting Komentar
0Komentar